KATA PENGANTAR
Pertama-tama perkenankanlah kami selaku penyusun makalah
ini mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan judul Perilaku Terpuji.
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memahami aspek
pendidikan agama islam terutama untuk perilaku terpuji. Dengan mempelajari isi
dari makalah ini diharapkan generasi muda bangsa mampu menjadi islam yang
sesungguhnya, saleh, beriman kepada Allah SWT dan bermanfaat bagi masyarakat.
Ucapan terima kasih dan puji syukur kami sampaikan
kepada Allah dan semua pihak yang telah membantu kelancaran, memberikan masukan
serta ide-ide untuk menyusun makalah ini.
Kami selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk
menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila terdapat kekurangan
maupun kesalahan. Oleh karena itu kami memohon saran serta komentar yang dapat
kami jadikan motivasi untuk menyempurnakan pedoman dimasa yang akan datang.
Sungai
Rengas, ………………… 2012
Penyusun,
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Tobat ............................................................................................... 3
2.2
Raja’ (Mengharap
Keridahaan Allah) ................................................. 5
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan ....................................................................................... 8
3.2
Saran ................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian Adab menurut bahasa ialah kesopanan,
kehalusan dan kebaikan budi pekerti, akhlak. Adapun menurut M. Sastra Praja,
adab yaitu tata cara hidup, penghalusan atau kemuliaan kebudayaan manusia.
Sedangkan menurut istilah, adab ialah: “Adab
ialah suatu ibarat tentang pengetahuan yang dapat menjaga diri dari segala
sifat yang salah”.
Dengan
demikian dapatlah diambil pengertian bahwa adab ialah mencerminkan baik
buruknya seseorang, mulia atau hinanya seseorang, terhormat atau tercelanya
nilai seseorang. Maka jelaslah bahwa seseorang itu bisa mulia dan terhormat di
sisi Allah dan manusia apabila ia memiliki adab dan budi pekerti yang baik.
Seseorang
akan menjadi orang yang beradab dengan baik apabila ia mampu menempatkan
dirinya pada sifat kehambaan yang hakiki. Tidak merasa sombong dan tinggi hati
dan selalu ingat bahwa apa yang ada di dalam dirinya adalah pemberian dari
Allah swt. Sifat-sifat tersebut telah dimiliki Rasulullah saw. Secara utuh dan
sempurna. Oleh sebab itu Allah swt. memuji beliau dengan firmannya yang
artinya:
Al-Ghazali
berpendapat bahwa pendidikan akhlak hendaknya didasarkan atas mujahadah
(ketekunan) dan latihan jiwa. Mujahadah dan riyadhah-nafsiyah (ketekunan dan
latihan kejiwaan) menurut al-Ghazali ialah membebani jiwa dengan amal-amal
perbuatan yang ditujukan kepada khuluk yang baik, sebagaimana kata beliau:
“Barangsiapa yang ingin dirinya mempunyai akhlak pemurah, maka ia harus melatih
diri untuk melakukan perbuatan-perbuatan pemurah, yakni dermawan, dan gemar
bersedekah. Jika beramal bersedekah dilakukan secara istiqamah, maka akan jadi
kebiasaan”.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan latar belakang dari
permasalahan sebagai berikut :
- Apa yang di maksud dengan adab atau sopan santun ?
- Apa saja contoh dan cara menumbuhkan adab berpakaian, berhias, perjalan, bertamu dan menerima tamu ?
1.3
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini antara lain:
- Sebagai bentuk penyelesaian tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
- Untuk menjelaskan macam-macam perilaku terpuji yang dianjurkan dan di ridhoi Allah SWT serta penerapannya di kehidupan sehari-hari.
- Sarana informasi tentang apa, bagaimana penerapan dan contoh dari perilaku terpuji.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tobat
Hawa nafsu
merupakan sesuatu yang melekat dalam diri setiap manusia. Sering kali hawa
nafsu membawa seseorang cenderung ke arah keburukan sehingga setiap orang harus
mampu mengendalikanya. Hawa nafsu dapat membawa kebaikan selama ia mampu
diarahkan, tetapi akan menjermuskan pada kejahatan bila dibiarkan tanpa arah
yang jelas.
Banyak orang yang
meninggalkan petunjuk yang baik dan menurut kemauan hawa nafsunya dan
menjadikannya sebagai tuhan yang ditaatinya selain Allah. Betapa tidak, karena
apa saja yang diinginkan oleh hawa nafsu tersebut dia akan segera dilakukan
tanpa malu dan segan sehingga tidak takut-takut kepada Allah dan semena-mena
kepada sesamanya serta tidak memikirkan akibat dari perbuatan yang telah
dilakukannya.
Orang yang
menurutkan hawa nafsunya sangat demurkai Allah dan disamakan dosa dan bahayanya
dengan orang-orang yang menyembah berhala dan memuja benda-benda yang ada di
bumi.
Nafsu mengandung
ketertarikan syahwat untuk mencari kelezatan jasmani dan rohani sehingga mudah
menerima godaan serta bujukan setan. Nafsu manusia ada 3 macam, yaitu sebagai
berikut :
- Nafsu asmarah yaitu nafsu yang menyuruh kepada keburukan.
- Nafsu lawamah yaitu nafsu yang suka mencela atau mengecam.
- Nafsu mutma’innah yaitu nafsu yang benang tentang dan tenteram.
Apabila nafsu
mansuai mengikuti syahwatnya, maka itulah yang disebut nafsu amarah. Apabila
nafsu itu telah melakukan perbuatan buruk, maka hadirlah nafsu lawamah yang
mencela dan mencaci perbuatan buruk yang dilakukannya karena mengikuti nafsu
syahwatnya.
Berikut ini
merupakan beberapa perilaku yang dapat melatih diri kita agar mampu bersikap
mengelikan diri.
1.
Tidak suka
mengolok-olok dan berburuk sangka terhadap orang lain.
2.
Tidak dan dengki.
3.
Tidak sembong.
4.
Tidak kikir dan
pelit.
5.
Tidak tamak
6.
Tidak memfitnah.
7.
Tidak melakukan
kejahatan
8.
Ikhlas
9.
Sabar
10. Suka berkorban
11. Pandai bersyukur
12. Mau bertobat dan mengadakan perbaikan
13. Mampu mengendalikan hawa nafsu.
Tobat adalah proses
menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan berupaya sekuat hati untuk tidak
melakukannya kembali atau permohonan ampun kepada Allah SWT. Atas kesalahan
(kekhilafan) dan atas perbuatan dosa yang telah dilakukannya.
Kesalahan atau
kekhilafan yang dilakukan terhadap orang lain dapat berupa hal-hal sebagai
berikut :
1.
Tidak memuliakan
anak yatim piatu, tidak mengajurkan dan memberi makan orang miskin, memakan
harta dengan cara mencampuradukkan yang hak dengan yang batil dan mencintai
harta berlebihan.
2.
Bakhil, merasa
tidak cukup, dan mendustakan pahala yang baik.
3.
Mengumpat dan
mencela.
4.
Mengumpat, dan
mencela.
5.
Tidak
melaksanakan rukun islam, terutama mendirikan sholat.
2.2
Raja’
(Mengharap Keridaan Allah)
Jalan yang hak dalam menggapai rida
Allah antara lain melalui orang tua atau birrul wiildan Birrul walidain atau
berbakti kepada kedua orang tua adalah salah sat umasalah yang penting dalam
Islam. Didalam Al-Qur’an setalah memerintahkan kepada manusia untuk bertauhid
kepada-Nya Allah SWT. Memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya.
Keutamaan berbakti kepada kedua orang
tua dan pahalanya apabila kita melaksanakannya sebagai berikut :
1.
Bahwa berbakti
kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama dengan dasar antaranya
yaitu hadist Nabi SAW. Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Masud, “Aku
bertanya kepada Nabi SAW, tentang amal-amal paling utama dan
dicintai Allah. Nabi SAW, menjawab, pertama salat pada waktunya (dalam riwayat
lain disebutkan salat di awal waktunya), kedua, berbakti kepada kedua orang tua,
dan ketiga, jihad di jalan Allah.”
2.
Ridha Allah
tergantung kepada keridaan orang tua. Dalam hadist yang diriwatkan oleh Bukhori
dalam Adabul Mufrad, Ibnu Hibban, Hakim, dan At Tirmizi. Dari Abdillah bin Amr
dikatanan Rasulullah SAW, “Rida Allah tergantung kepada Ridha kedua orang
tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan Allah.”
3.
Berbakti kepada
kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami yaitu melalu
cara meramal soleh.
4.
Dengan
bersilaturrahmi kepada orang tua, seseorang akan diluaskan rezeki dan
diperpanjang umurnya.
5.
Balasan dari
perbuatan berbakti kepada kedua orang tua yaitu akan dimasukkan ke surga oleh
Allah SWT. Selain itu, jika seorang anak berbuat baik kepada kedua orang
tuanya, Allah akan menghindarkannnya dari berbagai malapetaka.
Bentuk-bentuk berbakti kepada orang
tua, antara lain dapat dilakukan melalui cara berikut ini :
- Begaul kepada keduanya dengan cara yang baik.
- Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut atau berbicara dengan perkataan yang mulia kepada orang tua.
- Tawaduk (rendah hati) atau tidak boleh bersikap sombong karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan orang tua kita.
- Memberi infak atau sedekah kepada kedua otang tua.
- Mendoakan kedua orang tua kita.
Apabila kedua orang tua telah
meninggal, maka yang harus kita lakukan adalah meminta ampun bagi mereka kepada
Allah SWT. Dan meminta ampun dengan tobat nasuha apabila kita pernah berbuat
durhaka kepada keduanya di waktu mereka masih hidup, kemudian membayarkan
hutang-hutangnya, selanjutnya melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syarit,
dan menyambung silaturrahmi kepada teman atau kerabat mereka.
Rosulullah SAW. Menjelaskan bahwa
keberadaan kedua orang tua yang berusia lanjut itu adalah kesempatan yang paling
baik untuk mendapatkan pahala dari Allah, mempermudah rezeki, dan menjadi
jembatan menuju surga. Oleh karena itu, sungguh rugi jika seorang anak
menyia-nyiakan kesempatan yang paling berharga ini dengan mengabaikan orang
tuanya sehingga menyebabkan dia tidak masuk surga.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kehidupan bermasyarakat
mengenai tata krama, sopan santun atau adab merupakan masalah penting karena
manusia adalah makhluk berakal dan berbudaya.
Macam-macam sopan santun atau adab,
diantaranya adalah berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu.
Allah menyukai orang-orang yang
berperilaku terpuji, maka dari itu kita dituntut agar dapat terus berperilaku
terpuji.
3.2 Saran
Perilaku terpuji merupakan perilaku
yang disukai Allah SWT, untuk dapat menjalankan perilaku terpuji kita harus
lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan ikhlas menjalaninya semata-mata
karena Allah SWT. Siapa mereka yang mengingikan hidup bahagia dunia-akhirat
harus bisa berperilaku terpuji.
DAFTAR PUSTAKA