Ø Letak Astronomis Korea
33˚06’40” LU sampai 43˚00’39” LU
124˚11’00” BT sampai 131˚52’42” BT
Ø
Letak Geografis
Di bagian Timur Laut benua Asia
Ø
Batas-Batas Negara
Utara – RRC
Selatan -- Laut Cina Timur
Barat -- Laut Kuning
Timur -- Laut Jepang
Hampir 70% daerah
di Korea
merupakan pegunungan, perbukitan , dan dataran tinggi. Dataran tinggi yang
terkenal adalah Gaemagowon yang disebut “Roof of Korea” yang terletak di daerah
sudut barat laut Korea
. Pegunungan yang agak rendah dapat ditemukan di daerah selatan sedangkan
daerah pegunungan yang lebih tinggi terdapat di daerah timur dan utara. Dataran
rendah dan perairan sungai kebanyakan terletak di daerah barat dan selatan.
Pegunungan-pegunungan
tinggi terletak sepanjang jalur pegunungan Taebaek yang terbentang dari utara
menuju pantai timur Korea
. Beberapa gunung tinggi di jalur pegunungan Taebaek antara lain Nangnimsan
(2.014 m), Geumgangsan (1.638 m), Seoraksan (1.708 m), dan Taebaeksan (1.567
m). Ada juga
jalur pegunungan Sobaek yang didalamnya terdapat gunung Jirisan (1.915 m).
Temperatur
rata-rata Korea
adalah 10˚C - 16˚C dimana bulan terpanas jatuh pada bulan Agustus (19˚C - 27˚C)
dan bulan terdingin jatuh pada bulan Januari (-8˚C - 7˚C). Curah hujan
rata-rata adalah 1.300 mm per tahun di mana hujan paling sering turun pada
musim panas.
Menurut studi dari
C. B. Lee, ada kira-kira 190 famili, 1.079 genus, 3.130 species, 630 varietas,
dan 310 bentuk tumbuhan di Korea. Dengan kata lain, ada lebih dari 4000 jenis
tumbuhan yang tumbuh di Korea
.
2. Perekonomian Korea Selatan
Ekonomi Korea Selatan merupakan
terbesar kedua belas berdasarkan PDB. Korea Selatantergabung
dalam beberapa organisasi ekonomi internasional seperti G-20 ekonomi utama,APEC, WTO dan OECD. Pertumbuhan
ekonominya yang sangat cepat membuat negara ini dikenal dengan sebutan Macan Asia dan
dikategorikan sebagai salah satu negara yang akan menguasai perekonomian dunia
di grup Next Eleven, pertumbuhan ekonomi yang sangat
pesat ini sering dijuluki dengan istilah Keajaiban di Sungai Han .
Ekspor Korea Selatan menduduki tempat kedelapan
terbesar di dunia, sementara nilai impornya menduduki tempat kesepuluh terbesar
di dunia.
Industri Korea Selatan bergerak
dengan pesat terutama atas permintaan produk elektronik.[1].Otomotif dan telekomunikasi juga
menjadi industri andalan di Korea Selatan.
3. Keadaan Penduduk Korea Selatan
Penduduk Korea
adalah suatu masyarakat yang berasal dari satu etnis yang sama. Menurut
penelitian, penduduk Korea
berasal dari etnis Tungusik yang merupakan keturunan dari orang Mongol yang
bermigrasi ke Peninsula Korea
dari Asia Tengah pada zaman dahulu.
umlah penduduk
Korea Selatan jauh lebih banyak dibandingkan Korea Utara karena perbedaan luas
yang cukup besar. Jumlah penduduk Korea Selatan adalah sekitar 48.289.037 jiwa
(menurut statistika 2002) sedangkan jumlah penduduk Korea Utara adalah
22.224.195 jiwa (menurut statistika 2002). Hal ini menyebabkan perbedaan
kebijakan penduduk di negara tersebut. Di Korea Utara, setiap keluarga
dianjurkan untuk memiliki keluarga yang cukup besar (lebih kurang tiga orang
anak tiap keluarga) sedangkan di Korea Selatan setiap keluarga diharus maksimal
memiliki satu anak. Jumlah anak yang berlebihan di Korea Selatan akan dikenakan
pajak yang sangat tinggi. Tingkat pertumbuhan penduduk Korea per tahun pada saat ini
adalah 0,6% dan diperkirakan akan turun menjadi 0,06% pada tahun 2020.
Mata Pencaharian
“Primer” (hijau) sepeti agrikultur, perkebunan, dan perikanan merupakan mata
pencaharian utama pada tahun 1960-an tetapi waktu ke waktu terus berkurang
sehingga pada saat ini merupakan mata pencaharian yang paling tidak popular.
Mata Pencaharian
“Sekunder” (Merah) sepeti pertambangan dan manufaktur pada awalnya kurang
digemari penduduk tetapi pada tahun 1990 sektor ini meningkat. Akan tetapi,
pada tahun-tahun berikutnya jumlah pekerja di sector ini menurun sedikit demi
sedikit.
Mata Pencaharian
“Tersier” (Biru) seperti pelayanan dan jasa pada awalnya cukup banyak
pekerjanya. Sampai saat ini, sektor ini lah yang paling banyak dipenuhi oleh
pekerja-pekerja Korea
4. Pertanian Korea Selatan
Isu
yang unnegotiable bagi Korea Selatan adalah mengenai persoalan
subsidi pertanian. Walaupun banyak dari negara berkembang yang menuntut
penghapusan subsidi di bidang pertanian bagi negara maju, akan tetapi masalah
ini merupakan persoalan yang sangat sensitif bagi Korea Selatan. Bukan hanya
menyangkut bidang pertanian saja, akan tetapi juga menyangkut persoalan politik
(stabilitas politik dalam negeri) serta masyarakat Korea Selatan sendiri, khususnya
bagi para petani yang jumlahnya sekitar 30 % dari jumlah total penduduk Korea
Selatan[1]. Ketidakstabilan politik ini ditengarai oleh rakyat Korsel
yang melakukan aksi protes besar-besaran[2]. Puncak dari peristiwa ini ditandai oleh tindakan bunuh
diri oleh 2 orang petani Korsel[3]. Hal ini menunjukkan betapa sengsaranya para petani di
Korea Selatan apabila subsidi ini dihapuskan. Sementara pemrotes lainnya
mendesak pemerintah agar tidak menghapuskan subsidi pertanian dan justru
memberikan lebih banyak lagi subsidi kepada para petani[4]. Permasalahn mengenai isu pertanian ini bahkan menimbulkan
kericuhan di dalam tubuh parlemen[5].
Persoalan ini
menjadi isu yang sangat sensitif, karena jika dilihat dari sejarah negara
Korsel sendiri, Korsel bertumpu pada sektor pertanian. Perang Korea (1953), bisa jadi merupakan
kebangkitan kembali pembangunan pertanian di Korea Selatan. Republik Korea yang
porak poranda akibat perang ditata kembali untuk menjadi punggung perekonomian
masyarakat, terlebih masyarakat perdesaan yang menyandarkan kepada pertanian
Sebab setelah perang, kebanyakan warga Korea tidak memiliki rumah, lahan
pertanian, fasilitas irigasi untuk mengairi sawah dan ladang, dan pohon-pohon
di gunung. Selain itu, mereka juga tidak memiliki makanan untuk survive,
harapan untuk hidup, dan sumberdaya alam. Namun demikian Korea tetap memiliki
rakyat, di mana 30 persen dari sekitar 40 juta warga Korea adalah petani[6].
Di tingkat
pembangunan pertanian, kebijakan pasca perang adalah: (1) Pemerintah
menyediakan infrastruktur seperti jalan, irigasi, dan lain-lain; (2) di level
masyarakat dilakukan pendidikan dan pelatihan, dan (3) pada level Pemerintah
dikeluarkan beberapa insentif antara lain: (a) Pajak khusus pertanian dan Pajak
khusus pendidikan. Kemudian memasuki abad 20, terjadi perubahan kebijakan di
mana pertanian diarahkan kepada: (1) Kesejahteraan masyarakat pedesaan; (2)
ramah lingkungan; (3) terintegrasi dengan pembangunan masyarakat pedesaan.
Selain itu, sebelumnya pemerintah juga mengeluarkan kebijakan lain yaitu
memberikan kemudahan finansial dengan membentuk: (1) Farm Land Management Fund
Law; dan (2) Farm Land Bank Law. Jika dilihat dari kenyataan sejarah, jelaslah
mengapa Korsel ingin tetap mempertahankan subsidi pertaniannya agar tidak
membunuh para petaninya yang jumlahnya hanya sekitar 30% dari penduduk Korsel
(yang lebih dari 40 juta jiwa) yang sebagian besar masih sangat berpegang pada sistem
pertanian tradisional. Mereka masih terikat dengan kepercayaan bahwa nenek
moyang mereka adalah petani dan secara tradisional, gaya
hidup sehari-hari masyarakat merupakan gaya
hidup petani[7].
Basis kekuatan
ekonomi Korea Selatan untuk saat ini sangat bertumpu pada sektor industri.
Apabila Pemerintah Korea Selatan mencabut subsidi pertanian, maka hal ini dikhawatirkan
akan mengancam eksistensi sektor pertanian Korsel. Sektor pertanian di
Korea Selatan hanya sebesar 30%, sedangkan selebihnya bertumpu pada sektor jasa
dan perindustrian. Sehingga dikhawatirkan apabila subsidi dicabut, maka
kesejahteraan para petani akan terancam sehingga mereka tidak mampu lagi
mengolah lahan pertaniannya. Lebih dari itu, persoalan ini akan mengancam
kehidupan dan kemajuan masyarakat pedesaan yang sebagian besar mengandalkan
sektor pertanian tradisionalnya. Hal ini dapat menimbulkan collapsed bagi
perekonomian masyarakat pedesaan. Karena basis kekuatan ekonomi mereka tidak
bisa berjalan. Didasarkan pada realita tersebut, maka ketahanan pangan rakyat
Korea Selatan dapat terancam karena dikhawatirkan para petani justru akan
beralih ke sektor industri (menjadi buruh industri).
Jadi, agenda utama
Korea Selatan pada putaran Doha
adalah tetap mempertahankan subsidinya di bidang pertanian. Hal ini juga
merupakan bentuk proteksi pemerintah Korsel terhadap produk-produk
pertaniannya. Agar produk-produk pertaniannya tidak jatuh (collapsed) di
pasaran dunia dengan banyaknya produk-produk pertanian dari negara-negara maju,
seperti AS dan Uni Eropa.
5. Perkembangan Korea Selatan
Perkembangan IPTEK
di Korea Selatan awalnya tidak berkembang dengan baik karena masalahpembagian korea dan Perang Korea yang
terjadi setelah masa kemerdekaan. Kemajuan IPTEK mulai dirasakan pada tahun
1960an ketika pemerintahan diktator Park
Chung-hee dimana ekonomi Korea Selatan melaju pesat.
Robotik telah
menjadi riset dan pengembangan yang utama di Korea Selatan sejak 2003.[43] Pada
2009, pemerintah mengumumkan rencana untuk membangun taman tematik robot di Incheon danMasan dengan dana
pemerintah maupun swasta.[44] Pada
2005, Institut Ilmu Pengetahuan dan teknologi Korea Selatan mengembangkan robot
humanoid kedua di dunia yang mampu berjalan. Institut Teknologi
Industri Korea juga berhasil
mengembangkan android Korea yang pertama, EveR-1pada Mei 2006.[45]
Korea Selatan
melakukan hubungan diplomatik lebih dari 188 negara. Korea Selatan juga
tergabung dalam PBB sejak
tahun 1991,[46] bersamaan
dengan bergabungnya Korea Utara. Pada 1 Januari 2007, Menteri Luar
Negeri Korea Selatan pada saat itu, Ban Ki-moon resmi
menjadiSekretaris Jenderal PBB menggantikan Kofi Annan.
Selain itu, Korea Selatan juga menjadi mitra stratergis ASEAN sebagai
anggota Asean Plus 3 dan
aktif dalam forum ekonomi dunia lainnya seperti G-20, APEC dan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur.
Korea Selatan
menjalin hubungan erat dengan RRC, terutama sejak Korea Selatan memutuskan hubungan
dengan Republik Cina.[47] Uni Eropa menjadi
mitra penting perdagangan Korea Selatan dan menjadi tujuan utama ekspor Korea
Selatan. [48] Hubungan
diplomatik dengan Jepang tidak pernah dicatatkan secara formal sejak Perang Dunia
II, namun Traktat
Hubungan Dasar antara Jepang dan Korea Selatan yang
ditandatangani tahun 1965 menjadi dasar utama hubungan kedua negara. Korea Selatan
dan Jepang mengalami persengketaan mengenai masalah Batu
Liancourt,[49] namun
secara administratif, kepulauan ini dimiliki oleh Korea Selatan karena Pengawal
Pantai Korea Selatan bermarkas di pulau ini.[50]
Invasi serta
ketegangan dengan Korea Utara telah mendorong Korea Selatan
mengalokasikan 2.6% dari PDB dan 15% dari pengeluaran pemerintah untuk
pembiayaan militer serta
mewajibkan seluruh pria untuk mengikuti wajib militer. Jumlah tentara aktif Korea
Selatan menempati urutan keenam terbesar di dunia,[51] urutan
kedua dalam jumlah tentara cadangan dan
sebelas besar dalam urusan anggaran pertahanan.
Pasukan militer
Korea Selatan terdiri atas Angkatan Darat (ROKA), Angkatan Laut (ROKN) dan Korps marinir
(ROKMC).
Industri yang berkembang di Filipina masih didominasi
industri pengolahan hasil-hasil alam, seperti pengalengan ikan, pengemasan
madu, serta bentuk-bentuk pengolahan makananlainnya.
Selain hasil-hasil pertanian, kegiatan pertambangan juga memegang peranan
penting. Beberapa industri pertambangan di Filipina, yaitu pertambangan tembaga
di daerah Luzon dan Mindanau; emas dan perak di bagian Tenggara Luzon, Cebu,
dan Bognito; serta bijih besi di Cebu, Luzon ,
dan Mindanau.
Angkatan
bersenjata ini kebanyakan berkonsentrasi di daerah perbatasan Zona Demiliterisasi Korea. Seluruh pria
Korea Selatan diwajibkan secara konstitusi untuk mengikuti wajib militer,
umumnya untuk masa dua tahun.
6. Pertambangan Korea Selatan
Hasil Tambang
Utama, antara lain batubara, bijih besi, tembaga, timbel, seng, tungsten, emas,
grafit, fosfat, perak, dan tembaga.
Hasil Industri
Utama, antara lain besi dan baja, pengolahan makanan, tekstil, perikanan, mesin
listrik, traktor dan sarana pertanian lain, semen, mesin pertambangan, mineral,
kimia, mesin diesel, ban karet, sepatu, kertas, gelas, dan kayu lapis.
Ekspor Utama,
antara lain baja, produk pertanian, mineral, kimia, pakaian, kayu lapis, barang
elektronik, dan tekstil. Impor Utama, antara lain bahan bakar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar