1. Letak Negara Thailand
Negeri seluas 510.000 kilometer ini kira-kira seukuran
dengan Perancis. Di sebelah barat dan utara, Thailand berbatasan dengan
Myanmar, di timur laut dengan Laos, di timur dengan Kamboja, sedangkan di
selatan dengan Malaysia (
Peta).
Secara geografis, Thailand terbagi enam: perbukitan di
utara di mana gajah-gajah bekerja di hutan dan udara musim dinginnya cukup baik
untuk tanaman seperti strawberry dan peach; plateau luas di timur laut
berbatasan dengan Sungai Mekong; dataran tengah yang sangat subur; daerah
pantai di timur dengan resor-resor musim panas di atas hamparan pasir putih;
pegunungan dan lembah di barat; serta daerah selatan yang sangat cantik.
2. Penduduk Thailand
Nama resmi : Raja-anachakra Thai atau Prath–t Thai
Ibukota : Bangkok
Luas wilayah : ± 512.820 km²
Jumlah penduduk : 62.354.402 (2002)
Kepadatan : ± 121 jiwa/km²
Suku bangsa : Mayoritas Thai, Lao, Melayu, Cina, Mon, dan
Khmer
Mata uang : Bath
Bahasa :
Thailand
(bahasa resmi) dan
Inggris
Lagu kebangsaan : Phleng Chat
Kemerdekaan : (tidak mengalami penjajahan)
Kerajaan Thailand (Muang Thai) adalah sebuah negara di Asia
Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kampuchea di Timur, Malaysia dan Teluk
Siam di Selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di Barat. Secara astronomis,
negara ini terletak antara 6°LU - 20°LU dan 98°BT - 116°BT.
Thailand dulu dikenal dengan nama Siam,
sampai saat ini nama Siam
masih digunakan di kalangan orang Thai, terutama kaum minoritas Tionghoa. Thailand
juga sering disebut Negeri Gajah Putih, karena gajah putih merupakan binatang
yang dianggap keramat oleh penduduk.
Thailand memiliki variasi wilayah geografis yang berbeda. Di
sebelah Utara, keadaannya bergunung-gunung dan titik tertingginya berada di Doi
Inthanon (2.576 m). Sebelah Timur Laut terdiri atas hamparan Plato Khorat yang
dibatasi oleh Sungai Mekong. Wilayah Tengah
didominasi Lembah Sungai Chao Phraya yang hampir seluruhnya datar dan mengalir
ke Teluk Thailand.
Di sebelah Selatan terdapat Tanah Genting Kra yang melebar ke Semenanjung
Melayu.
Cuaca setempat adalah tropis dan bercirikan monsun. Ada monsun hujan, hangat,
dan berawan dari sebelah Barat Daya antara pertengahan Mei dan September, serta
monsun yang kering dan sejuk dari sebelah Timur Laut dari November hingga
pertengahan Maret. Tanah genting di sebelah Selatan selalu panas dan lembap.
Penduduk Thailand
didominasi etnis Thai dan Lao. Selain itu, juga terdapat komunitas besar etnis
Tionghoa yang memegang peranan besar dalam bidang ekonomi. Etnis lainnya
termasuk etnis Melayu di Selatan, Mon, Khmer, dan berbagai suku orang bukit.
Sekitar 95% penduduk
Thailand adalah pemeluk
agama Buddha aliran
Theravada. Namun, ada minoritas pemeluk
agama Islam, Kristen,
dan
Hindu. Bahasa
Thailand
merupakan bahasa nasional yang ditulis menggunakan aksaranya sendiri, tetapi
ada juga bahasa daerah lainnya. Bahasa Inggris juga diajarkan secara luas
di
sekolah.
3. Perekonomian Thailand
BANGKOK—Perekonomian Thailand tumbuh lebih baik
dibandingkan perkiraan dalam kuartal III. Pertumbuhan ikut didukung konsumsi
swasta dan investasi, yang mampu mengimbangi penurunan ekspor. Namun, badan
perencana ekonomi pemerintah Thailand
masih memperkirakan pertumbuhan tahun ini mendekati batas bawah rentang
proyeksi sebelumnya.
Data pertumbuhan yang dirilis pada Senin mengisyaratkan
negara perekonomian terbesar kedua Asia Tenggara itu masih memulihkan diri akibat
ketidakstabilan di Cina, Amerika Serikat (AS), dan zona euro.
Tingkat pertumbuhan Thailand didukung peningkatan
permintaan domestik menyusul bencana banjir tahun lalu. Pada saat yang sama,
pemerintah Thailand
mengeluarkan kebijakan anggaran yang populis.
Produk domestik bruto (PDB) tumbuh 1,2% dalam Juli hingga
September dibanding periode tiga bulan sebelumnya, demikian keterangan Arkhom
Termpittayapaisith, sekretaris jenderal Badan Pembangunan Sosial dan Ekonomi
Nasional (NESDB).
Tapi
ekonomi Thailand
tumbuh lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan kuartal kedua, yang naik 2,8%
dari triwulan sebelumnya. PDB kuartal III naik 3,0% dari setahun sebelumnya,
dibandingkan dengan kenaikan tahunan untuk kuartal II senilai 4,4%.
Prediksi median delapan ekonom yang disurvei Dow
Jones Newswires untuk pertumbuhan PDB adalah 0,6% di triwulan ketiga. Untuk
pertumbuhan tahun 2012, proyeksi sembilan ekonom menunjukkan pertumbuhan 3,0%.
“Pertumbuhan
ekonomi kami dalam kuartal ketiga bisa lebih tinggi
dibandingkan ini, bila pertumbuhan ekspor tidak mengalami penurunan,” kata
Arkhom kepada reporter dalam konferensi pers, Senin.
Lembaga NESDB, yang berlaku sebagai badan perencanaan
ekonomi pemerintah, memperkirakan pertumbuhan PDB dua digit dalam kuartal IV tahun ini, karena angka tahun lalu rendah. Perekonomian Thailand
berkontraksi sebesar 8,9% dalam Kuartal IV 2011. Kontraksi itu dipicu kerusakan
akibat banjir di sejumlah kawasan, termasuk beberapa wilayah di Bangkok.
Pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa mencapai 5,5% dari
estimasi 5,5% hingga 6,0% yang dikeluarkan NESDB pada Agustus. Pertumbuhan PDB
pada 2013 diperkirakan 4,5% hingga 5,5%, kata Arkhom.
“Lepas dari perlambatan pertumbuhan dalam kuartal III, kami
melihat momentum pertumbuhan masih ada,” kata Usara Wilaipich, ekonom senior
Standard Chartered Bank (Thai). “Setelah bank sentral Thailand bulan
lalu melonggarkan kebijakan, saya pikir mereka bisa berhenti sekarang sambil
mengamati perkembangan, sebelum memberlakukan pemangkasan lain yang mungkin
terjadi dalam paruh pertama tahun depan,” kata Usara.
Senin ini, NESDB juga menurunkan proyeksi pertumbuhan
ekspor 2012 menjadi 5,5% dari 7,3% pada Agustus. Proyeksi pertumbuhan impor
juga turun menjadi 8,8% dari 13,5% sebelumnya.
Badan itu pun mempertahankan estimasi surplus perdagangan
2012 di angka $12,6 miliar. Namun, NESDB menaikkan prediksi surplus transaksi
berjalan tahun ini menjadi $2,8 miliar dari $0,3 miliar untuk prediksi
sebelumnya.
Selain itu, NESDB juga memperkirakan pertumbuhan ekspor
2013 sebesar 12,2% dan impor 12,4%, mengakibatkan surplus perdagangan $13,7
miliar dan surplus transaksi berjalan $3,8 miliar.
Tekanan inflasi di Thailand diprediksi tetap rendah
pada tahun mendatang. Menurut Arkhom, apresiasi terhadap nilai tukar baht Thailand
akan membantu melonggarkan tekanan harga.
4. Pertanian Thailand
“Loh,
Pertanian ada pertukaran mahasisawa toh? Wah…mbak’e sama mas’e
pinter yaa…pengen aku bisa dapet beasiswa kayak gitu kuliah
di luar negeri”
Bisik
seorang Maru FP 2011 pada teman SMAnya yang kebetulan duduk disebelahnya saat
menjalani Masa Orientasi Mahasiswa Baru (Osmaru) di aula FP. Wajar jika alisnya
mengerut dan badannya menegap dari tempat duduknya saat mendengar presentasi
dari kakak tingkatnya yang mengatakan baru pulang dari Thailand dan Malaysia dalam
rangka pertukaran mahasiswa.
Ya, Pertukaran Pelajar atau Pertukaran Mahasiswa (Student
Exchange)memang menjadi hal yang istimewa bagi
semua pelajar baik dalam studi pendidikan dasar, pendidikan tinggi hingga
perguruan tinggi. Pasalnya, pertukaran pelajar dinilai sebagai prestasi
tertinggi bagi pelajar dalam proses pendidikanya. Meskipun hanya dalam waktu
yang tidak terlalu lama, hanya dalam hitungan bulan, pertukaran pelajar akan
menjadi hal yang akan sangat berkesan bagi yang mengikuti pertukaran pelajar.
Bukan hanya belajar materi perkuliahan dengan suasana baru saja tapi juga
menambah teman, mencoba memahami isi “otak” orang yang baru dikenal, mengenai
budaya dan kehidupan sosial, serta banyak hal baru lainya.
Sama halnya dengan Nur Asmah binti Ismail. Dengan
pertimbangan matang dan persetujuan orang tuanya, mahasiswi asal Universitas
Putra Malaysia (UPM) yang mengikuti pertukaran pelajar MIT yang memilih
Indonesia ini mengaku sangat senang dan menikmati suasana baru di Fakultas
Pertanian UNS meskipun saat praktikum laboratoriumnya tidak ber-AC. “Memang tak ada AC saat kami di lab. Tapi paling kami hanya mengeluh panas.
Selebihnya kami menerima itu semua karena kami harus paham sama Indonesia”
ungkap Asmah-nama panggilannya, dengan logat Malaysianya. Senada dengan Asmah
yang menikmati Indonesia, Ina, mahasiswi MIT asal UPM juga menuturkan bahwa
sistem perkuliahan di Malaysia sudah bebasis IT. Materi perkuliahan diakses
terlebih dahulu sebelum bertatap muka dengan dosen. Begitu pula dengan sistem
pertanian di Malaysia yang sudah menggunakan mesin mulai dari pengolahan lahan
hingga proses pemanenan. Areal pertanian di Malaysia jauh lebih luas daripada
Indonesia serta ada pembagian tiap daerah untuk menanam satu jenis tanaman
saja.
Namun, selama empat bulan dua puluh hari berada di Fakultas
Pertanian mereka mengaku bahwa orang Indonesia sangat ramah. Terbukti dengan
tidak adanyagap antara mahasiswa
dengan dosen bahkan dengan Dekan. Mereka juga mengaku bahwa sebenarnya
mahasiswa Indonesia jauh lebih pandai daripada mahasiswa Malaysia. Hanya saja
mereka berpesan pada semua mahasiswa di Indonesia khususnya mahasiswa FP UNS
untuk meningkatkan dan mengasah lagi kemampuan berbahasa Inggris untuk
mengungkapkan ide-ide brilliant mahasiswa. “Ketika didalam kelas sudah bagus sekali saat diskusi sangat
aktif. Tapi untuk menjadi yang lebih dari itu diluar sana mereka harus kuasai English” papar Asmah dengan senyuman.
Di Gajah Putih
Seperti Asmah dan Ina yang menikmati waktu mereka di
Indonesia, Kusrini Amalia, mahasiswi Agroteknologi 2009 juga sangat menikmati
pengalamannya “mencicipi” kuliah di negeri Gajah Putih, Thailand. Gadis yang
bercita-cita ingin menjadi dosen ini mengaku ingin sekali kembali melanjutkan
studi di Universitas Kasatsat Thailand yang termasuk Top Ten University di Asia. Bak tamu kehormatan, ketika sampai di Thailand
Rini-nama sapaanya bersama mahasiswa dari UNS, IPB, UNSRI, dan UGM lainya
disambut dengan upacara istimewa. Bisa mengenakan seragam Kasatsat dan memakai pin Kasatsat adalah sensasi tersendiri baginya.
Masa perkuliahan di Thailand jauh lebih singkat daripada
Indonesia yaitu catur wulan atau per-semester hanya empat bulan. Ketika disana,
jumlah mahasiswa dikelasnya hanya sembilan saja. Bukan karena ekslusivitas kelas melainkan sistem penilaian di Thailand yang cukup ketat dan hanya menyisakan sedikit
sekali mahasiswa yang mampu bertahan hingga akhir perkuliahan. Sebelum
aktivitas perkuliahan dimulai, mahasiswa diwajibkan mendownload materi dari dosen baru kemudian diberikan hard
file oleh dosen. Ditanya mengenai sistem
pertanian disana, ia menuturkan Indonesia memang harus lebih banyak belajar
lagi. Karena memang pertanian di Thailand satu langkah lebih maju daripada
Indonesia. Kuantitas dan kualitas panen jauh lebih tinggi dan yang paling utama
adalah citra petani di Thailand yang tidak dianggap “rendahan”. “Disana anak-anak Raja diarahkan ke pertanian, jadi wajar kalo pertanian disana sangat maju. Mungkin karena pemerintah
juga kali yaa..” ungkapnya
santai.
Lain kolam lain ikannya. Begitu juga antara Indonesia dan
Thailand. Banyak perbedaan. Kalau di Indonesia trans gender adalah hal yang sangat aneh dan dinilai sangat tidak etis
berbeda halnya dengan di Thailand. Hal tersebut sudah menjadi hal biasa bagi
orang-orang disana. Bahkan, teman sekelasnya pun mayoritas seperti itu. Ada
yang homo dan lesbi. Namun ketika bersosialisasi tetap sama seperti dengan
“manusia biasa” lainya.
Di akhir perbincangan, Rini menyampaikan bahwa pertukaran
mahasiswa MIT adalah hal yang sangat bagus dan berharap pertukaran mahasiswa
bisa menyeluruh ke semua jurusan di fakultas Pertanian. Karena ia yakin jika
sebenarnya banyak mahasiswa di fakultas Pertanian mempunyai potensi yang luar
biasa^^ (DewI-Mahasiswi FP yang kecantol pengen ikut pertukaran pelajar juga..hahahah..)
5. Pertumbuhan Thailand
EMPO.CO, Bangkok - Ekspor garmen Thailand diperkirakan semakin
meningkat pada masa mendatang. Hasil kajian lembaga riset ekonomi Thailand, Kasikorn Research (KResearch),
mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia
tampak konsisten dengan impor garmen dari Thailand.
KResearch memperkirakan ekspor produk garmen ke Indonesia akan meningkat 43 persen menjadi US$ 8
juta (246 juta baht Thailand)
tahun ini. Angka itu diperkirakan akan semakin meningkat sampai pembentukan
Komunitas Ekonomi ASEAN terwujud pada 2015. Pertumbuhan ekspor garmen seiring
dengan tumbuhnya minat investor pusat perbelanjaan dan mal di Indonesia.
Menurut KResearch, penjualan garmen Thailand di Indonesia
bisa dengan mudah tumbuh. Sebab, saat ini pasar pakaian Indonesia diperkirakan mencapai US$
11 miliar. Beberapa produsen garmen Thailand
juga telah berinvestasi membuat basis produksi di Indonesia. Langkah itu untuk
memenangkan kompetisi dengan pemasok garmen asing lainnya.
KResearch memaparkan dalam investasinya bahwa
perusahaan-perusahaan garmen Thailand
harus melakukan penyesuaian dengan regulasi lokal, termasuk aturan soal
perburuhan. Meningkatnya jumlah investasi asing langsung di Indonesia kemungkinan akan meningkatkan
permintaan pasokan tenaga kerja, sehingga berpeluang membuat ketersediaan
jumlah tenaga kerja di Indonesia
semakin terbatas pada masa mendatang.
6. Pertambangan Thailand
JAKARTA, kabarbisnis.com: PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) mengincar pasar Thailand untuk
menjual batubaranya. Hal itu dilakukan sebagai salah satu strategi mengatasi
penurunan permintaan dari China
yang selama ini merupakan pasar utama perseroan.
Hal itu disampaikan manajemen perseroan dalam keterbukaan
informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Manajemen PT Berau Coal Energy Tbk
melihat kondisi pasar batu bara kurang baik pada 2012. Hal itu dilihat dari
indeks harga yang cenderung menurun, permintaan dari China menurun, dan turunnya
permintaan untuk produk dengan kandungan sulfur tinggi.
Untuk mengantispasi hal itu, perseroan melakukan beberapa
strategi antara lain, pertama kembali melakukan pemasaran ke negara yang
sebelumnya pernah menjadi target penjualan Berau Coal seperti Thailand. Kedua, perseroan
melakukan perencanaan diversifikasi pasar ke negara ASEAN seperti Filipina, Malaysia,
dan Vietnam.
Ketiga, perseroan menjual harga batu bara di tingkat optimum sesuai dengan
harga pasar.
Selain itu, perseroan juga memiliki kontrak penjualan
jangka panjang ke pembeli-pembeli dari Taiwan, India, Hong Kong, dan Indonesia
hingga kini masih berjalan dengan baik. Adapun komposisi penjualan perseroan
berdasarkan negara tujuan hingga September 2012 antara lain China sekitar 36%,
disusul Indonesia sekitar 20%, Taiwan sekitar 18%, dan India sekitar 12%, lalu
Korea sekitar 10% dan Hong Kong sekitar 4%. Sementara itu penjualan ke Jepang
hanya 1%.
Perseroan juga sedang mengembangkan infrastruktur yang
dapat mendukung upaya efisiensi biaya. Pengembangan infrastruktur itu dengan
pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangunan overland conveyor
di Binungan.
Sebelumnya perseroan membangun PLTU 2X20 MW di site
Binungan, Kalimantan Timur. Perseroan menyiapkan dana sekitar US$280 juta untuk
kedua proyek itu. Proyek tersebut diharapkan selesai pada 2015.
Hingga September 2012, perseroan mencatatkan penjualan
US$1.207 juta dari periode sama sebelumnya US$1.122. Penjualan per ton US$80,2
hingga September 2012 dari periode sama sebelumnya US$76,7. Perseroan
mencatatkan kerugian mencapai US$32,65 juta hingga September 2012 dari periode
sama