Senin, 08 April 2013

Artikel Negara Thailand


1.      Letak Negara Thailand
Negeri seluas 510.000 kilometer ini kira-kira seukuran dengan Perancis. Di sebelah barat dan utara, Thailand berbatasan dengan Myanmar, di timur laut dengan Laos, di timur dengan Kamboja, sedangkan di selatan dengan Malaysia (Peta).
Secara geografis, Thailand terbagi enam: perbukitan di utara di mana gajah-gajah bekerja di hutan dan udara musim dinginnya cukup baik untuk tanaman seperti strawberry dan peach; plateau luas di timur laut berbatasan dengan Sungai Mekong; dataran tengah yang sangat subur; daerah pantai di timur dengan resor-resor musim panas di atas hamparan pasir putih; pegunungan dan lembah di barat; serta daerah selatan yang sangat cantik.

2.      Penduduk Thailand
Nama resmi : Raja-anachakra Thai atau Prath–t Thai
Ibukota : Bangkok
Luas wilayah : ± 512.820 km²
Jumlah penduduk : 62.354.402 (2002)
Kepadatan : ± 121 jiwa/km²
Agama : Mayoritas Buddha (95%), Islam (4%), sisanya Kristen dan Hindu
Suku bangsa : Mayoritas Thai, Lao, Melayu, Cina, Mon, dan Khmer
Mata uang : Bath
Bahasa : Thailand (bahasa resmi) dan Inggris
Lagu kebangsaan : Phleng Chat
Kemerdekaan : (tidak mengalami penjajahan)
Kerajaan Thailand (Muang Thai) adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kampuchea di Timur, Malaysia dan Teluk Siam di Selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di Barat. Secara astronomis, negara ini terletak antara 6°LU - 20°LU dan 98°BT - 116°BT.
Thailand dulu dikenal dengan nama Siam, sampai saat ini nama Siam masih digunakan di kalangan orang Thai, terutama kaum minoritas Tionghoa. Thailand juga sering disebut Negeri Gajah Putih, karena gajah putih merupakan binatang yang dianggap keramat oleh penduduk.
Thailand memiliki variasi wilayah geografis yang berbeda. Di sebelah Utara, keadaannya bergunung-gunung dan titik tertingginya berada di Doi Inthanon (2.576 m). Sebelah Timur Laut terdiri atas hamparan Plato Khorat yang dibatasi oleh Sungai Mekong. Wilayah Tengah didominasi Lembah Sungai Chao Phraya yang hampir seluruhnya datar dan mengalir ke Teluk Thailand. Di sebelah Selatan terdapat Tanah Genting Kra yang melebar ke Semenanjung Melayu.
Cuaca setempat adalah tropis dan bercirikan monsun. Ada monsun hujan, hangat, dan berawan dari sebelah Barat Daya antara pertengahan Mei dan September, serta monsun yang kering dan sejuk dari sebelah Timur Laut dari November hingga pertengahan Maret. Tanah genting di sebelah Selatan selalu panas dan lembap.
Penduduk Thailand didominasi etnis Thai dan Lao. Selain itu, juga terdapat komunitas besar etnis Tionghoa yang memegang peranan besar dalam bidang ekonomi. Etnis lainnya termasuk etnis Melayu di Selatan, Mon, Khmer, dan berbagai suku orang bukit.
Sekitar 95% penduduk Thailand adalah pemeluk agama Buddha aliran Theravada. Namun, ada minoritas pemeluk agama Islam, Kristen, dan Hindu. Bahasa Thailand merupakan bahasa nasional yang ditulis menggunakan aksaranya sendiri, tetapi ada juga bahasa daerah lainnya. Bahasa Inggris juga diajarkan secara luas di sekolah.

3.      Perekonomian Thailand
BANGKOK—Perekonomian Thailand tumbuh lebih baik dibandingkan perkiraan dalam kuartal III. Pertumbuhan ikut didukung konsumsi swasta dan investasi, yang mampu mengimbangi penurunan ekspor. Namun, badan perencana ekonomi pemerintah Thailand masih memperkirakan pertumbuhan tahun ini mendekati batas bawah rentang proyeksi sebelumnya.
Data pertumbuhan yang dirilis pada Senin mengisyaratkan negara perekonomian terbesar kedua Asia Tenggara itu masih memulihkan diri akibat ketidakstabilan di Cina, Amerika Serikat (AS), dan zona euro.
Tingkat pertumbuhan Thailand didukung peningkatan permintaan domestik menyusul bencana banjir tahun lalu. Pada saat yang sama, pemerintah Thailand mengeluarkan kebijakan anggaran yang populis.
Produk domestik bruto (PDB) tumbuh 1,2% dalam Juli hingga September dibanding periode tiga bulan sebelumnya, demikian keterangan Arkhom Termpittayapaisith, sekretaris jenderal Badan Pembangunan Sosial dan Ekonomi Nasional (NESDB).
Tapi ekonomi Thailand tumbuh lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan kuartal kedua, yang naik 2,8% dari triwulan sebelumnya. PDB kuartal III naik 3,0% dari setahun sebelumnya, dibandingkan dengan kenaikan tahunan untuk kuartal II senilai 4,4%.
Prediksi median delapan ekonom yang disurvei Dow Jones Newswires untuk pertumbuhan PDB adalah 0,6% di triwulan ketiga. Untuk pertumbuhan tahun 2012, proyeksi sembilan ekonom menunjukkan pertumbuhan 3,0%.
“Pertumbuhan ekonomi kami dalam kuartal ketiga bisa lebih tinggi dibandingkan ini, bila pertumbuhan ekspor tidak mengalami penurunan,” kata Arkhom kepada reporter dalam konferensi pers, Senin.
Lembaga NESDB, yang berlaku sebagai badan perencanaan ekonomi pemerintah, memperkirakan pertumbuhan PDB dua digit dalam kuartal IV tahun ini, karena angka tahun lalu rendah. Perekonomian Thailand berkontraksi sebesar 8,9% dalam Kuartal IV 2011. Kontraksi itu dipicu kerusakan akibat banjir di sejumlah kawasan, termasuk beberapa wilayah di Bangkok.
Pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa mencapai 5,5% dari estimasi 5,5% hingga 6,0% yang dikeluarkan NESDB pada Agustus. Pertumbuhan PDB pada 2013 diperkirakan 4,5% hingga 5,5%, kata Arkhom.
“Lepas dari perlambatan pertumbuhan dalam kuartal III, kami melihat momentum pertumbuhan masih ada,” kata Usara Wilaipich, ekonom senior Standard Chartered Bank (Thai). “Setelah bank sentral Thailand bulan lalu melonggarkan kebijakan, saya pikir mereka bisa berhenti sekarang sambil mengamati perkembangan, sebelum memberlakukan pemangkasan lain yang mungkin terjadi dalam paruh pertama tahun depan,” kata Usara.
Senin ini, NESDB juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekspor 2012 menjadi 5,5% dari 7,3% pada Agustus. Proyeksi pertumbuhan impor juga turun menjadi 8,8% dari 13,5% sebelumnya.
Badan itu pun mempertahankan estimasi surplus perdagangan 2012 di angka $12,6 miliar. Namun, NESDB menaikkan prediksi surplus transaksi berjalan tahun ini menjadi $2,8 miliar dari $0,3 miliar untuk prediksi sebelumnya.
Selain itu, NESDB juga memperkirakan pertumbuhan ekspor 2013 sebesar 12,2% dan impor 12,4%, mengakibatkan surplus perdagangan $13,7 miliar dan surplus transaksi berjalan $3,8 miliar.
Tekanan inflasi di Thailand diprediksi tetap rendah pada tahun mendatang. Menurut Arkhom, apresiasi terhadap nilai tukar baht Thailand akan membantu melonggarkan tekanan harga.

4.      Pertanian Thailand
“Loh, Pertanian ada pertukaran mahasisawa toh? Wah…mbak’e sama mas’e pinter yaa…pengen aku bisa dapet beasiswa kayak gitu kuliah di luar negeri”
Bisik seorang Maru FP 2011 pada teman SMAnya yang kebetulan duduk disebelahnya saat menjalani Masa Orientasi Mahasiswa Baru (Osmaru) di aula FP. Wajar jika alisnya mengerut dan badannya menegap dari tempat duduknya saat mendengar presentasi dari kakak tingkatnya yang mengatakan baru pulang dari Thailand dan Malaysia dalam rangka pertukaran mahasiswa.
Ya, Pertukaran Pelajar atau Pertukaran Mahasiswa (Student Exchange)memang menjadi hal yang istimewa bagi semua pelajar baik dalam studi pendidikan dasar, pendidikan tinggi hingga perguruan tinggi. Pasalnya, pertukaran pelajar dinilai sebagai prestasi tertinggi bagi pelajar dalam proses pendidikanya. Meskipun hanya dalam waktu yang tidak terlalu lama, hanya dalam hitungan bulan, pertukaran pelajar akan menjadi hal yang akan sangat berkesan bagi yang mengikuti pertukaran pelajar. Bukan hanya belajar materi perkuliahan dengan suasana baru saja tapi juga menambah teman, mencoba memahami isi “otak” orang yang baru dikenal, mengenai budaya dan kehidupan sosial, serta banyak hal baru lainya.
Sama halnya dengan Nur Asmah binti Ismail. Dengan pertimbangan matang dan persetujuan orang tuanya, mahasiswi asal Universitas Putra Malaysia (UPM) yang mengikuti pertukaran pelajar MIT yang memilih Indonesia ini mengaku sangat senang dan menikmati suasana baru di Fakultas Pertanian UNS meskipun saat praktikum laboratoriumnya tidak ber-AC. “Memang tak ada AC saat kami di lab. Tapi paling kami hanya mengeluh panas. Selebihnya kami menerima itu semua karena kami harus paham sama Indonesia” ungkap Asmah-nama panggilannya, dengan logat Malaysianya. Senada dengan Asmah yang menikmati Indonesia, Ina, mahasiswi MIT asal UPM juga menuturkan bahwa sistem perkuliahan di Malaysia sudah bebasis IT. Materi perkuliahan diakses terlebih dahulu sebelum bertatap muka dengan dosen. Begitu pula dengan sistem pertanian di Malaysia yang sudah menggunakan mesin mulai dari pengolahan lahan hingga proses pemanenan. Areal pertanian di Malaysia jauh lebih luas daripada Indonesia serta ada pembagian tiap daerah untuk menanam satu jenis tanaman saja.
Namun, selama empat bulan dua puluh hari berada di Fakultas Pertanian mereka mengaku bahwa orang Indonesia sangat ramah. Terbukti dengan tidak adanyagap antara mahasiswa dengan dosen bahkan dengan Dekan. Mereka juga mengaku bahwa sebenarnya mahasiswa Indonesia jauh lebih pandai daripada mahasiswa Malaysia. Hanya saja mereka berpesan pada semua mahasiswa di Indonesia khususnya mahasiswa FP UNS untuk meningkatkan dan mengasah lagi kemampuan berbahasa Inggris untuk mengungkapkan ide-ide brilliant mahasiswa. “Ketika didalam kelas sudah bagus sekali saat diskusi sangat aktif. Tapi untuk menjadi yang lebih dari itu diluar sana mereka harus kuasai English” papar Asmah dengan senyuman.
Di Gajah Putih
Seperti Asmah dan Ina yang menikmati waktu mereka di Indonesia, Kusrini Amalia, mahasiswi Agroteknologi 2009 juga sangat menikmati pengalamannya “mencicipi” kuliah di negeri Gajah Putih, Thailand. Gadis yang bercita-cita ingin menjadi dosen ini mengaku ingin sekali kembali melanjutkan studi di Universitas Kasatsat Thailand yang termasuk Top Ten University di Asia. Bak tamu kehormatan, ketika sampai di Thailand Rini-nama sapaanya bersama mahasiswa dari UNS, IPB, UNSRI, dan UGM lainya disambut dengan upacara istimewa. Bisa mengenakan seragam Kasatsat dan memakai pin Kasatsat adalah sensasi tersendiri baginya.
Masa perkuliahan di Thailand jauh lebih singkat daripada Indonesia yaitu catur wulan atau per-semester hanya empat bulan. Ketika disana, jumlah mahasiswa dikelasnya hanya sembilan saja. Bukan karena ekslusivitas kelas melainkan sistem penilaian di Thailand yang cukup ketat dan hanya menyisakan sedikit sekali mahasiswa yang mampu bertahan hingga akhir perkuliahan. Sebelum aktivitas perkuliahan dimulai, mahasiswa diwajibkan mendownload materi dari dosen baru kemudian diberikan hard file oleh dosen. Ditanya mengenai sistem pertanian disana, ia menuturkan Indonesia memang harus lebih banyak belajar lagi. Karena memang pertanian di Thailand satu langkah lebih maju daripada Indonesia. Kuantitas dan kualitas panen jauh lebih tinggi dan yang paling utama adalah citra petani di Thailand yang tidak dianggap “rendahan”. “Disana anak-anak Raja diarahkan ke pertanian, jadi wajar kalo pertanian disana sangat maju. Mungkin karena pemerintah juga kali yaa..” ungkapnya santai.
Lain kolam lain ikannya. Begitu juga antara Indonesia dan Thailand. Banyak perbedaan. Kalau di Indonesia trans gender adalah hal yang sangat aneh dan dinilai sangat tidak etis berbeda halnya dengan di Thailand. Hal tersebut sudah menjadi hal biasa bagi orang-orang disana. Bahkan, teman sekelasnya pun mayoritas seperti itu. Ada yang homo dan lesbi. Namun ketika bersosialisasi tetap sama seperti dengan “manusia biasa” lainya.
Di akhir perbincangan, Rini menyampaikan bahwa pertukaran mahasiswa MIT adalah hal yang sangat bagus dan berharap pertukaran mahasiswa bisa menyeluruh ke semua jurusan di fakultas Pertanian. Karena ia yakin jika sebenarnya banyak mahasiswa di fakultas Pertanian mempunyai potensi yang luar biasa^^ (DewI-Mahasiswi FP yang kecantol pengen ikut pertukaran pelajar juga..hahahah..)

5.      Pertumbuhan Thailand
EMPO.COBangkok - Ekspor garmen Thailand diperkirakan semakin meningkat pada masa mendatang. Hasil kajian lembaga riset ekonomi Thailand, Kasikorn Research (KResearch), mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tampak konsisten dengan impor garmen dari Thailand
KResearch memperkirakan ekspor produk garmen ke Indonesia akan meningkat 43 persen menjadi US$ 8 juta (246 juta baht Thailand) tahun ini. Angka itu diperkirakan akan semakin meningkat sampai pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN terwujud pada 2015. Pertumbuhan ekspor garmen seiring dengan tumbuhnya minat investor pusat perbelanjaan dan mal di Indonesia
Menurut KResearch, penjualan garmen Thailand di Indonesia bisa dengan mudah tumbuh. Sebab, saat ini pasar pakaian Indonesia diperkirakan mencapai US$ 11 miliar. Beberapa produsen garmen Thailand juga telah berinvestasi membuat basis produksi di Indonesia. Langkah itu untuk memenangkan kompetisi dengan pemasok garmen asing lainnya. 
KResearch memaparkan dalam investasinya bahwa perusahaan-perusahaan garmen Thailand harus melakukan penyesuaian dengan regulasi lokal, termasuk aturan soal perburuhan. Meningkatnya jumlah investasi asing langsung di Indonesia kemungkinan akan meningkatkan permintaan pasokan tenaga kerja, sehingga berpeluang membuat ketersediaan jumlah tenaga kerja di Indonesia semakin terbatas pada masa mendatang. 

6.      Pertambangan Thailand
JAKARTAkabarbisnis.com: PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) mengincar pasar Thailand untuk menjual batubaranya. Hal itu dilakukan sebagai salah satu strategi mengatasi penurunan permintaan dari China yang selama ini merupakan pasar utama perseroan.
Hal itu disampaikan manajemen perseroan dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Manajemen PT Berau Coal Energy Tbk melihat kondisi pasar batu bara kurang baik pada 2012. Hal itu dilihat dari indeks harga yang cenderung menurun, permintaan dari China menurun, dan turunnya permintaan untuk produk dengan kandungan sulfur tinggi.
Untuk mengantispasi hal itu, perseroan melakukan beberapa strategi antara lain, pertama kembali melakukan pemasaran ke negara yang sebelumnya pernah menjadi target penjualan Berau Coal seperti Thailand. Kedua, perseroan melakukan perencanaan diversifikasi pasar ke negara ASEAN seperti Filipina, Malaysia, dan Vietnam. Ketiga, perseroan menjual harga batu bara di tingkat optimum sesuai dengan harga pasar.
Selain itu, perseroan juga memiliki kontrak penjualan jangka panjang ke pembeli-pembeli dari Taiwan, India, Hong Kong, dan Indonesia hingga kini masih berjalan dengan baik. Adapun komposisi penjualan perseroan berdasarkan negara tujuan hingga September 2012 antara lain China sekitar 36%, disusul Indonesia sekitar 20%, Taiwan sekitar 18%, dan India sekitar 12%, lalu Korea sekitar 10% dan Hong Kong sekitar 4%. Sementara itu penjualan ke Jepang hanya 1%.
Perseroan juga sedang mengembangkan infrastruktur yang dapat mendukung upaya efisiensi biaya. Pengembangan infrastruktur itu dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangunan overland conveyor di Binungan.
Sebelumnya perseroan membangun PLTU 2X20 MW di site Binungan, Kalimantan Timur. Perseroan menyiapkan dana sekitar US$280 juta untuk kedua proyek itu. Proyek tersebut diharapkan selesai pada 2015.
Hingga September 2012, perseroan mencatatkan penjualan US$1.207 juta dari periode sama sebelumnya US$1.122. Penjualan per ton US$80,2 hingga September 2012 dari periode sama sebelumnya US$76,7. Perseroan mencatatkan kerugian mencapai US$32,65 juta hingga September 2012 dari periode sama 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar