BAB I
PENDAHULUN
1.1 Latar Belakang
Kawasan pulau-pulau kecil memiliki potensi sumberdaya
alam dan jasa lingkungan yang tinggi dan dapat dijadikan modal dasar
pelaksanaan pembangunan Indonesia
di masa yang akan datang. Kawasan
ini menyediakan sumberdaya alam yang produktif seperti terumbu karang, padang
lamun (seagrass), hutan mangrove, perikanan dan kawasan
konservasi. Pulau-pulau kecil juga memberikan jasa
lingkungan yang tinggi karena keindahan alam yang dimilikinya yang dapat
menggerakkan industri pariwisata bahari. Dilain pihak, pemanfaatan
potensi pulau-pulau kecil masih belum optimal akibat perhatian dan kebijakan
pemerintah selama ini yang lebih berorientasi ke darat.
Pengembangan kawasan pulau-pulau kecil merupakan suatu
proses yang akan membawa suatu perubahan pada ekosistemnya. Perubahan-perubahan tersebut akan membawa
pengaruh pada lingkungan hidup. Semakin
tinggi intensitas pengelolaan dan pembangunan yang dilaksanakan semakin tinggi
pula tingkat pemanfaatan sumberdaya dan perubahan-perubahan lingkungan yang
akan terjadi di kawasan pulau- pulau kecil.
Kegiatan pengelolaan pulau-pulau kecil menghadapi
berbagai ancaman baik dari aspek ekologi yaitu terjadinya penurunan kualitas
lingkungan, seperti pencemaran, perusakan ekosistem dan penangkapan ikan yang
berlebihan (overfishing) maupun dari aspek sosial yaitu penerimaan
masyarakat lokal. Oleh karena itu, di dalam mengantisipasi perubahan-perubahan
dan ancaman-ancaman tersebut, maka pengelolaan pulau-pulau kecil harus
dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Kebijakan dan Strategi Nasional
(Jakstranas) pengelolaan pulau-pulau kecil diharapkan dapat berfungsi sebagai
referensi nasional (national reference) atau pedoman bagi kegiatan
lintas sektor baik pusat maupun daerah dalam mengembangkan dan memanfaatkan
pulau-pulau kecil. Sampai saat ini belum ada referensi yang integratif dan
disepakati secara nasional sebagai dasar kebijakan dan strategi pengelolaan
pulau-pulau kecil, sehingga menyebabkan upaya pengelolaan pulau-pulau kecil belum
optimal.
Dalam mengembangkan kerjasama lintas sektor pusat dan
daerah, masyarakat dan swasta/dunia usaha, maka Jakstranas menjadi acuan dalam
penyusunan rencana strategis, rencana tata ruang dan zona, rencana pengelolaan,
rencana aksi dan rencana bisnis.
1.2 Ruang Lingkup
Dalam rangka pengelolaan pulau-pulau kecil maka
diperlukan suatu landasan yang kuat dan terpadu sebagai pedoman atau panduan
bagi pemangku kepentingan dalam
mengembangkan pulau-pulau kecil. Landasan tersebut haruslah merupakan kebijakan dan strategi nasional, sehingga
dapat diadopsi dan dilaksanakan baik oleh kalangan pemerintah, masyarakat
maupun swasta/dunia usaha. Landasan tersebut menjadi sangat strategis mengingat
peraturan perundangan yang khusus tentang pengelolaan pulau-pulau kecil belum
tersedia.
Pada dasarnya kebijakan dan strategi nasional
diarahkan untuk dapat menjawab berbagai isu dan permasalahan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil di Indonesia
seperti keterbatasan sarana dan
prasarana wilayah, keterbatasan ketersediaan dana pembangunan, konflik
antarpihak dan lain lain.
Dokumen kebijakan dan strategi nasional pengelolaan
pulau-pulau kecil ini tidak menyajikan jenis-jenis pengelolaan pulau-pulau
kecil yang spesifik termasuk rincian kegiatannya karena hal tersebut merupakan
putusan yang harus diambil daerah disesuaikan dengan situasi, kondisi dan
karakteristik pulau-pulau kecil bersangkutan. Dokumen ini lebih diarahkan
kepada para pemegang kebijakan di daerah agar dapat mengelola pulau-pulau kecil
di wilayahnya sesuai dengan peruntukannya dengan memperhatikan kepentingan
daerah, regional dan nasional sehingga pengelolaannya berkelanjutan dan
menimbulkan dampak positif ekonomi, sosial, budaya maupun ekologi.
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan Jakstranas pengelolaan pulau-pulau
kecil adalah menyediakan pedoman/panduan dan acuan/referensi bagi pemangku
kepentingan (stakeholders)
yaitu : pemerintah, masyarakat, dan swasta/dunia usaha dalam penyusunan
rencana strategis, rencana tata ruang dan zona, rencana pengelolaan, rencana
aksi dan rencana bisnis untuk mencapai tujuan nasional dalam pengelolaan
pulau-pulau kecil.
BAB
I I
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pulau Komodo
Di tengah nusantara Indonesia , di perbatasan propinsi
Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, ada pulau kecil yang istimewa dan
namanya Pulau Komodo. Setiap tahun, beribu-ribu wisatawan mengunjungi pulau itu
karena satu sebab saja; mereka mau melihat kadal terbesar di seluruh dunia,
naga Komodo atau ‘ora’ dalam bahasa setempat.
Karena penghasilan yang didapat oleh naga Komodo,
pemerintah Indonesia
dan pegawai Taman Nasional Komodo menetapkan banyak peraturan untuk melindungi
satwa jenis tersebut. Di Indonesia jarang sekali ada situasi dimana
perlindungan jenis binatang menjadi prioritas yang lebih tinggi daripada
penyejahteraan komunitas. Jumlah penduduk Indonesia sangat besar dan tingkat
ekonominya rendah jadi biasanya, kepentingan masyarakat lebih penting. Tetapi
situasi ini berbeda.
Taman Nasional Komodo dikeliling oleh lingkungan laut
yang paling subur. Terdiri dari 260 jenis karang gosong, 70 jenis bunga karang,
cacing laut, kerang-kerangan, binatang berkulit keras, ikan tulang rawan dan
yang banyak tulangnya, binatang melata laut, ikan lumba-lumba, ikan paus, dan
dugong. Ekosistem buminya juga istemewa. Ekosistem ini dipengaruhi oleh iklim
musim kering yang lama, suhu tinggi, dan curah hujan rendah. Taman itu terletak
di daerah peralihan dan ada terdapat binatang serta tumbuhan yang berasal dari
benua Australia dan Asia . Ekosistem bumi termasuk padang rumput yang sangat luas, hutan tropis,
dan hutan rawan.
Beberapa jenis binatang bumi di Taman Nasional Komodo
adalah endemsi. Ada binatang menyusui yang
berasal dari Asia, misalnya: rusa, babi, monyet, dan musang, dan ada jenis
binatang melata dan burung yang berasal dari Australia . Jenis ini termasuk
kakatua.
Tentu saja, Pulau Komodo terkenal karena binatang
melatanya. Ada
dua belas jenis ular bumi di Pulau Komodo yang termasuk kobra dan ular berbisa
pohon hijau. Jenis kadal termasuk skink, tokek, kadal tanpa dahan, dan kadal
monitor, dan jenis katak termasuk katak betung Asia .
Tetapi binatang melata yang paling terkenal di pulau itu adalah naga Komodo
(Varanus komodoensis). Panjang Komodo jantan bisa mencapai 3.13 meter dan
beratnya lebih daripada 70 kilogram. Sedangkan yang betina jarang lebih
daripada 2.5 meter tetapi keduanya bisa hidup selama 50 tahun dan berat badan
yang paling berat setelah Komodo tersebut berusia lima belas tahun.
Naga Komodo adalah jenis kuno dan nenek moyangnya
hidup 100 juta tahun yang lalu. Jenis varanid berasal antara 25 dan 40 juta
tahun yang lalu di Asia dan naga Komodo berasal dari jenis ini lebih daripada
empat juta tahun yang lalu. Kadal ini memakan bangkai dan binatang lain. Kadal
tersebut bisa berlari dengan kecepatan 20 kilometer sejam dalam waktu pendek
dan dia biasanya menunggu sambil melakukan penyamaran di dekat jalan yang
sering dilalui oleh binatang yang muda, tua, atau sakit. Kemudian, Komodo itu
menyerang dengan cepat dan menggigit mangsanya. Mangsa itu jarang mati dengan
segera, sebaliknya, mereka lari dan tidak lama kemudian mati karena keracunan
darah. Ada
bakteri yang bisa membinasakan dari air liur Komodo dan air liur tersebut
didapat dari sekali memakan daging bangkai. Komodo dewasa bisa memakan mangsa
yang beratnya 80% dari berat badannya dalam sekali telan dan mangsa tersebut
biasa terdiri dari rusa, babi, kerbau, ular, binatang menyusui kecil, dan naga
Komodo lain. Tidak ada banyak informasi tersedia tentang sejarah purbakala
masyarakat di Pulau Komodo. Hanya beberapa benda dan kuburan ditemukan. Mereka
warga negara Kesultanan Bima, tetapi karena pulau itu jauh sekali dari Bima,
urusannya kurang diperhatikan oleh Kesultanan itu.
Masyarakat Pulau Komodo mungkin datang beberapa ratus
tahun yang lalu, terutama dari Sumbawa Timur. Ada pendapat bahwa Kesultanan Bima membuang
orang ke pulau berbahaya itu tetapi mereka membangun kampung kecil yang masih
ada. Namanya kampung Komodo. 12 ‘Pada tahun 1999, ada 281 keluarga dan 1.169
orang di kampung Komodo. Jumlah penduduk yang tinggal di Taman Nasional Komodo
sekarang adalah 3.267.’
Taman Nasional Komodo disusun pada tahun 1980 dan
ditujukan sebagai Warisan Alam Dunia, dan Tanah Manusia serta Biosefer oleh
UNESCO pada tahun 1986. Taman itu disusun
semula untuk melindungi naga Komodo dan sejak itu, cita-cita pelindungan
diperluas untuk termasuk bioperbedaan seluruhnya, di kedua laut dan tanah. Ini adalah sejarah Taman Nasional Komodo
menurut kantor informasi di Loh Liang,
Komodo:
1911 Penemuan
Komodo oleh J.K.H Van Steyn
1912 Pemberian
nama ilmiah Varanus Komodoensis oleh P.A. Owens
1912 SK. Sultan
Bima tentang perlindungan Komodo
1926 SK. Pemda
Manggarai perlindungan Komodo
1930 SK. Residen
Flores perlindungan Komodo
1931 Komodo
Tercantum dalam daftar satwa yang mutlak dilindungi dalam UU.
Perlindungan
binatang liar.
1938 Pembentukan
Suaka Marga Satwa P. Rinca dan P.Padar
1965 Pembentukan
Suaka Marga Satwa P. Komodo
1980 Pembentukan
Taman Nasional Komodo
1991 Penunjukan
sebagai Warisan alam dunia oleh UNESCO
1992 Komodo sebagai
satwa nasional kepres No.4 Tahun 1992
Pada tahun 2000,
rencana pimpinan Taman Nasional Komodo diakui oleh Direktorat
Jenderal
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. The Nature Conservancy (TNC),
lembaga swasta
masyarakat lingkungan yang terbesar di Amerika Serikat, dan
pedagang yang
berasal dari Malaysia ,
Feisol Hashim, akan menguasai Taman
Nasional Komodo
selama 25 tahun. Mereka mau melindungi lingkungan setempat
dengan hasil
turisme yang akan diperbaiki.
‘Perusahaan
swastanya, Putri Naga Komodo, menguasai enam posisi di dewan
pimpinan dan
hanya ada dua untuk wakil pemerintah. 60% perusahaan itu dimilik
oleh TNC.’
2.2 Tinjauan Pustaka
Tidak ada banyak buku tentang Taman Nasional Komodo
dan kalau ada, itu biasanya tentang biologi naga Komodo. Karena buku ini tidak
menuliskan sejarah atau kebudayaan masyarakat kampung, itu tidak dipakai untuk
penelitian ini. Informasi tentang taman itu, dan penduduk serta binatangnya,
diambil dari Internet. Tempat yang paling berhasil adalah homepage Taman Nasional
Komodo. Di sini adalah informasi tentang rencana TNC dan peraturannya.
Informasi tentang kebudayaan masyarakat kampung Komodo
sulit ditemukan, yang ada hanya fakta umum. Juga, ada informasi dari penelitian
sebelumnya yang salah. Informasi ini harus ditemukan dan dipecah, dan akan
dianalisa nanti. Jadi penelitian ini
sudah agak unik karena itu tentang kebudayaan dan sejarah masyarakat kampung
Komodo, tetapai dengan pertanyaan ‘Mengapa kebudayaan masyarakat kampung Komodo
terancam?’ itu menjadi perdekatan baru dalam penelitian di daerah ini.
Hampir semua penelitian sebelumnya termasuk lingkungan
dari perspektif pelindungan, ekonomi atau turisme. Kalau masyarakat kampung
Komodo tersebut biasanya dengan konteks pengaruhnya pada lingkungan atau
ekonomi. Penelitian ini menjelaskan ancaman pada kebudayaannya karena
kepentingan kebudayaan itu sendiri, bukan agenda lain. Karena sebab itu,
penelitian ini unik dan membuahkan hasil.
Metode PenelitianSaya memilih metode kualitatif untuk
penelitian saya. Dengan metode ini, saya bisa masuk ke dalam Taman Nasional itu
dengan topik yang kurang jelas dan mengubahnya sesudah beberapa hari dengan
wawancara. Saya tertarik pada hubungan antara orang kampung dan naga Komodo
jadi saya meneliti tentang dongengdongeng, cerita dan sejarah orang kampung
itu. Kemudian, saya menemukan ada banyak ancaman pada kebudayaannya jadi itu
menjadi topik saya. Juga, karena penelitian ini termasuk cerita, bukan
hitungan, metode kualitatif lebih baik daripada kuantitatif. Karena banyak dongeng-dongeng
ini kuno, saya mewawancarai anggota masyarakat yang lebih tua. Orang-orang
tersebut dipilih dengan nasehat orang setempat yang akrab dengan orang kampung
itu. Sesudah wakil kepala desa, saya mewawancarai orang dari suku bangsa yang
berbeda. Ini penting untuk kebenaran kalau ada lebih daripada satu versi cerita
atau cerita yang baru.
Di Pulau Komodo puluhan abad yang silam, ada
sekelompok manusia primitif. Mereka tinggal di kampung Marawangkan dan ada
kepala adat yang bernama Umpu Najo. Kalau ada wanita di desa itu yang mau
melahirkan, Umpu Najo membelah perutnya jadi bayi itu bisa diambil. Ibu
tersebut mati tetapi anaknya hidup.
Umpu Najo mempunyai seorang putra yang akan menikah
dengan putri yang bernama Epa. Sembilan bulan setelah acara perkawinan sudah
dilangsungkan, Epa siap untuk dibelah. Acara pembelahkan perut itu
dilangsungkan dengan sejuta duka dan luka di hati putra kepala adat. Dia
pertahankan nasib malang
karena itu tradisi kampung Marawangkan dan dia menyaksikan pembelahan perut istrinya.
Epa meninggal dan ada dua putra.
Putra kembar ini adalah Ora (naga) dengan manusia.
Nanti, ayah baru itu melupakan tragedi rumah tangganya dan menikah lagi dengan
gadis dari kampungnya. Setahun berlalu dan istri putra Umpu Najo menjadi hamil,
dan ayah itu tidak memberi kasih pada anaknya. Mereka merasa frustrasi atas
sikap orang tuanya dan akhirnya, Ora memilih tinggal di hutan sementara
kembarnya masih tinggal di kampung Marawangkan. Setiap kali Ora masuk kampung,
dia mencuri ayam.
Ketika Pulau Komodo menjadi bagian Warisan Alam Dunia,
naga Komodo harus dilindungi dari campur tangan manusia. Pusat pemberian
makanan itu ditutup dan naga Komodo lapar mulai masuk kampung dan memakan
kambing dan ayam. Sementara saya mewawancarai wakil kepala desa, ada teriakan
dari keluar rumahnya karena naga Komodo masuk kampung itu dan membunuh kambing.
Walaupun situasi sekarang memelihara kelakuan alam naga Komodo, keselamatan
masyarakat di kampung, binatangnya, dan hubungun antara masyarakat dan naga
Komodo terancam. Masalah dalam Bidang Pendidikan Ada sekolah dasar kecil untuk
400-500 anak setempat di Pulau Komodo. Tingkat pendidikan sedang adalah kelas
empat dan tidak ada murid baru setiap tahun. Ratarata, ada empat kelas dan
empat guru di setiap kampung di Taman Nasional Komodo dan kebanyakan anak ini
tidak tamat dari sekolah dasar. ‘Hanya kira-kira 10% murid yang tamat akan ikut
SMP karena kesempatan ekonomi utama adalah pemancingan dan pendidikan tingkat
tinggi tidak diperlukan untuk itu.
2.3 Taman Nasional Komodo
Luas
Kawasan
Flora
Fauna
Objek Wisata: Satwa Komodo, savanna dan terumbu
karang. Tentu saja, satwa Komodo adalah sebab utama para wisatawan menunjungi
Taman Nasional Komodo tetapi tempat bersejarah seharusnya disebut sehingga tamu
menjadi sadar tentang kebudayaan setempat. Ada banyak tempat bersejarah yang belum
diumumkan. Selain tempat yang sudah disebut ada sisa arena tanding kerbau dan
asalnya begini pada pendapat orang kampung Komodo:
Di pulau Komodo, pada jaman Kerajaan Goa, ada adu
kerbau di sebuah arena tanding. Kerbau dari Kerajaan Goa ini paling tangguh dan
tidak pernah dikalahkan oleh kerbau-kerbau dari kerajaan lain. Berita ini sudah
sampai di telinga Sultan Bima dan dia datang ke Pulau Komodo untuk menyertai
kompetisi itu. Sultan Bima mengambil kerbau kecil yang bernama Menta Dea ke
Pulau Komodo tanpa mengendarai kapal. Dia berjalan diatas permukan laut dan
membawa kerbau kerdil yang belum diberi susu oleh induknya dan haus
sekali. Hari demi hari sultan
menyeberang laut dengan kerbau kerdil yang akan beradu dengan kerbau terkuat di
kerajaan Goa . Semua orang di Komodo tertawa
ketika mereka melihat kerbau kecil itu. Mereka berpendapat bahwa Sultan Bima
gila. Pertandingan pun berlangsung.
Karena kerbau kecil itu haus sekali, dia berlari dibawah kerbau jantan itu dan
mencoba minum. Kerbau Goa menjadi takut dan berlari ke hutan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa
ternyata keberadaan Kampung Naga selain menarik karena keunikan kebudayaan masyarakatnya,
namun juga ternyata dapat menjadi icon bagi masyarakat Kampung Naga Khususnya
dan bagi masyarakat Jawa Barat umumnya bahwa primitifitas atau adat istiadat
asli peninggalan nenek moyang itu harusnya bisa menjadi treadceneter dan suatu
kebanggan bagi kita yang mewarisinya karena bisa menjadi daya tarik bagi turis
lokal maupun dari luar negri untuk di adikan bahan observasi.
3.2 Saran – Saran
Demikianlah penulisan makalah kami, apabila masih
terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pembahasan makalah kami ini,
terutamanya kami mohon maaf yang sebesar – besarnya dan kami juga harapkan
teguran yang sehat sekiranya dapat membangun dalam perbaikan pembuatan makalah
kami ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Syamsuri, Istamar dkk. 2002. IPA Biologi untuk SLTP
kelas 1. Malang .
Erlangga.
Sugiarto, Teguh dan Ismawati, Eny. 2008. Ilmu
Pengetahuan Alam kelas VII. Jakarta .
Pusat Perbukuan.
v. 2004. SAINS BIOLOGI kelas VII. Erlangga
Marni, Desi dkk. 2011. Makalah Penentuan Nilai Akhir.
Bukittinggi. STAIN Bukittinggi.
Buku: BIOLOGI untuk SMA/MA KELAS X Semester 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar